Abdullah Ibnu Amar
al-‘Ash r.a. berkata : Bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda : “Keridhaan Allah
tergantung kepada keridhaan orang tua.” (HR. Tirmidzi). Dari hadits diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa adab kepada orang tua dan guru sangatlah
penting. Berikut adalah beberapa adab atau sikap kita kepada orang-orang yang
telah berjasa dalam hidup kita, khususnya orang tua dan guru.
A. ADAB KEPADA ORANG
TUA
Orang tua merupakan
orang yang secara jasmani menjadi asal keturunan anak, orang tua merupakan
sosok yang paling dekat hubungannya dengan anaknya. Pengorbanan orang tua
sungguh tiada tara, mereka mendidik kita dan menyerahkan hidupnya untuk
keselamatan anaknya.
Islam mengajarkan agar
seorang anak untuk selalu menaati orang tuanya selama tidak bertentangan dengan
agama. Dalam Al-Qur’an Allah sering mengiringkan perintah ta’at kepada-Nya
diikuti dengan berbuat baik pada orang tua, karena merekalah tangan kedua
setelah Allah. Sebagaimana Firman Allah swt. dalam surah An-Nisa’ ayat 36
sebagai berikut.
Artinya: “Dan
sembahlah Allah dan janganlah kamu memperekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan
membanggakan diri.” (QS. An-Nisa 4:36).
Dalam ayat tersebutm
dijelaskan bahwa kita diwajibkan beribadah kepada Allah swt., juga berbuat baik
kepada orang tua. Terutama seorang Ibu yang secara khusus Allah menyebutkan
betapa berat mendidik anaknya, sejak dalam kandungan, melahirkan, menyusui,
serta mendidik ke tahap selanjutnya.
Oleh karena itu,
ketika Rasulullah saw. ditanya, kepada siapa lebih awal berbuat baik? Beliau
menjawab “kepada Ibumu, lalu Ibumu, dan Ibumu baru kemudian kepada bapakmu.”
Selanjutnya Allah swt.
memerintahkan bersyukurlah atas ni’mat iman dan ihsan serta bersyukurlah kepada
orang tua mu atas ni’mat tarbiyyah (pendidikan). Karena keduanya penyebab
adanya kamu dan karena pendidikan mereka yang baik sehingga menjadi kuat.
Kita harus selalu
berbuat baik kepada kedua orang, sebagaimana Firman Allah dalam surah Luqman
ayat 14.
Artinya : “Dan Kami
perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu” (QS. Luqman 31:14).
Dan yang harus menjadi
pertimbangan adalah pendidikan dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya
tidaklah hanya dua tahun. Sebagaimana tuntunan Al-Qur’an, pendidikan anak
diberikan sampai sang anak dewasa, bahkan sampai sang anak berkeluarga, seorang
ibu pun sering membimbing anaknya.
Tetapi perlu
diperhatikan, jika kedua orang tua membawa kita untuk kekufuran dan syirik
kepada Allah swt., maka tidak perlu untuk di ta’ati.
Akan tetapi, tetaplah
bergaul dalam urusan dunia baik dengan baik dan Ihsan sekalipun mereka musyrik.
Karena kekufuran , mereka terhadap Allah, tidaklah menghilangkan kelelahannya
dalam mendidik anak-anaknya, maka wajarlah jika Allah memerintahkan kita untuk
merawat kedua orang tua kita pada masa tuanya ditunjukkan dalam firman Allah
swt. QS. Al-Isra ayat 23 berikut.
Artinya : Dan Tuhanmu
menetapkan bahwa janganlah kamu menyembah melainkan kepada-Nya dan berbuat
baiklah kepada ibu bapak. Jika sampai salah seorang mereka atau keduanya telah
tua dalam pemeliharaanmu (berusia lanjut), maka janganlah engkau katakan kepada
keduanya “ah” dan janganlah engkau bentak keduanya, dan berkatalah kepada
keduanya perkataan yang mulia (23). Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil (24)” (QS.
Al-Isra 17 : 23-24).
Dari penjelasan di
atas kita dapat menyimpulkan bahwa adab kepada orang tua (yang masih hidup)
adalah sebagai berikut :
- Jangan berkata kasar yang dapat
menyakiti perasaan kedua orang tua.
- Berkata baik, sopan dan santun
kepada kedua orang tua
- Bertanggung jawab atas
kehidupan dan kesejahteraannya di hari tuanya
- Merendahkan diri di hadapan
kedua orang tua.
- Jangan membentak atau memarahi kedua
orang tua
Maka merugilah orang
yang bersama kedua orang tuanya tetapi ia tidak bisa memeliharanya dengan baik
dan berbakti kepada keduanya. Hal ini sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw.
yang artinya
Dari Suhail, dari
ayahnya dan Abu Hurairah. Rasulullah saw. bersabda, “Merugilah ia (sampai 3
kali)”. Para sahabat bertanya, “Siapa ya Rasulullah?”. Rasulullah saw.
bersabda, “merugilah seseorang yang hidup bersama kedua orang tuanya atau salah
satunya di saat mereka tua renta, tetapi ia tidak masuk surga”. (HR. Muslim).
B. ADAB KEPADA GURU
Guru merupakan ‘orang
tua kedua’ kita, merekalah yang berjasa dalam mendidik kita setelah orang tua,
Ilmu yang kita peroleh saat ini tidak lepas dari peranan seorang guru,
seseorang dapat membedakan baik dan buruk karena ilmu. Islam meletakkan ilmu di
atas yang lainnya, dan Islam juga meninggikan derajat orang yang berilmu
dibanding yang lain.
Sebagaimana sabda
Rasulullah saw. yang artinya “Umamah Al-Bahili berkata bahwasannya Rasulullah
saw. bersabda : “Kelebihan orang alim (ulama) atas ahli ibadah seperti
kelebihanku atas orang yang paling rendah di antara kamu. Kemudian Baginda
besabda lagi : Sesungguhnya para malaikat dan penduduk langit dan bumi hingga
semut dalam lubangnya serta ikan bersalawat (berdoa) untuk orang-orang yang
mengejar kebaikan kepada manusia” (HR. Imam Tirmidzi).
Selain itu biasanya
Orang tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarkan berbagai macam ilmu kepada
anaknya, maka dari itu peran guru adalah mengajarkan berbagai macam ilmu.
Setelah hormat dan ta’at kepada orang tua, setiap muslim wajib hormat dan
menghargai gurunya, karena gurunya merupakan orang yang perannya sangat penting
dalam mendidik kita. Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang siswa menghargai
dan menghormati gurunya Sebagaimana diperintahkan dalam sabda Nabi Muhammad
saw. berikut.
Muliakanlah
orang-orang
Artinya : muliakanlah
orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu. (HR. Abu Hasan).
Orang yang berilmu
tidaklah pandai begitu saja tanpa proses belajar. Proses belajar bisa dilakukan
secara formal maupun non-formal. Proses belajar biasanya membutuhkan pembina
yang biasa disebut guru, yang mempunyai andil besar dalam proses belajar. Guru
akan membukakkan pintu-pintu ilmu lain baginya, yang menunjukkan bila kita salah,
agar tidak tergelincir pada kekeliruan. Hendaknya orang yang sedang belajar dan
berilmu itu bersikap baik terhadap guru.
Berikut adalah
beberapa adab murid kepada guru.
1. MULIAKAN DAN
MENGHORMATI GURU
Memuliakan orang yang
berilmu/guru termasuk perkara yang dianjurkan, sebagaimana Rasulullah saw.
berikut.
Ibnu Abbas r.a berkata
: Rasulullah saw. bersabda : “Bukan termasuk golongan umatku orang yang tidak
menyayangi yang muda, tidak menghormati yang tua, tidak memerintahkan kebajikan
dan tidak melarang kemungkaran” (HR. Tirmidzi).
Agar mendapat ilmu dan
taufik, seorang murid hendaknya memuliakan dan menghargai guru, serta berlaku
lemah lembut dan sopan santun, jangan memotong pembicaraannya, dan
memperhatikan dengan baik. Agar kita mendapat ilmu yang bermanfaat, aamiin
2. MENDOAKAN UNTUK
KEBAIKAN BAGI GURU
Rasulullah saw.
bersabda :
Ibnu Umar r.a.
berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Jika ada orang yang memberimu, maka
balaslah pemberian itu, jika tidak bisa membalasnya, maka doakanlah ia, sehingga
kamu memandang telah cukup membalas kebaikan tersebut”.
Ibnu Jama’ah ra.
berkata : “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunyqa sepanjang masa,
memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya, dan menunaikan haknya apabila telah
wafat”. “Dan karena ilmu yang telah diberikannya juga, hendaknya seorang murid
mendoakan gurunya, semoga ia diberikan pahala atas ilmu yang telah diberikan
kepada muridnya”.
3. REDAH HATI KEPADA
GURU
Sama halnya dengan
adab kepada orang tua, kita juga harus merendahkan hati kepada guru, walaupun
sang murid lebih pintar, hendaknya menghidari perdebatan dengan guru, dalam hal
ini seorang murid hendaklah bersikap rendah hati kepada gurunya, karena
sesungguhnya rendah hatinya seorang murid kepada gurunya adalah kemuliaan dan
tunduknya adalah kebangaan, sebagaimana Ibnu Jama’ah pernah mengatakan
demikian.
Nabi Muhammad saw.
bersabda, yang artinya : “Abu Hurairah ra. berkata : bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda :”Pelajarilah ilmu, pelajarilah ilmu ketenangan dan kesopanan, dan rendahkanlah
dirimu terhadap orang yang kamu ambil ilmunya” (HR. Tabrani). Ibnu Abbas juga
peenah menyampaikan :”Aku merendahkan diri tatkala aku menuntut ilmu, maka aku
dimuliakan tatkala aku menjadi guru”.
4. MENCONTOH AKHLAKNYA
Guru adalah teladan
bagi muridnya, oleh karenanya, hendaklah seorang murid mencontoh akhlak dan
kepribadian gurunya yang baik. Seperti mencontoh kebiasaan dan ibadahnya.
Seorang guru pasti membrikan hal-hal yang baik secara lisan atau perbuatan
terhadap murid-muridnya.
5. MENENANGKAN HATI
GURU
Seorang murid
hendaknya tidak membuat gusar gurunya. Imam Syafi’i dalam pertemuannya dengan
gurunya, Imam Malik, pada tahun 170 H, hampir tidak pernah meninggalkan gurunya
sampai gurunya wafat pada tahun 179 H. Imam Syafi’i tidak pernah meninggalkannya,
kecuali ketika ia pergi ke Mekah untuk menjenguk ibunya ataupun pergi ke pusat
ilmu atau faqoh. Itupun setelah diperoleh izin dan restu daru gurunya.
Ada sebuah cerita
tentang Imam Syafi’i, ketika beliau berziarah ke makam Abu Hanifah, ia datang
bersama dengan salah satu murid seniornya Abu Hanifah, bernama Hasan
Asy-Syaibani. Setelah tiba di makam, Hasan Asy-Syaibani mempersilahkan Imam
Syafi’i untuk menjadi imam shalat subuh.
Pada rakaat kedua Imam
Syafi’i tidak membaca qunut; padahal dalam mahzabImam Syafi’i sendiri membaca
qunut asalah sunat ab’ad, tetapi beliau meninggalkan membaca qunut.
Setelah selesai
shalat, Hasan Syaibani bertanya, “Mengapa Anda tidak membaca qunut wahai
Syafi’i? Bukankah engkau berpendapat bahwa qunut subuh sebuah amalan sunat yang
perlu dibaca?” Aku malu dengan pemilik kuburan ini” Sahut Imam Asy-Syafi’i.
0 komentar:
Post a Comment